Kamis, 23 Juni 2016

AKU CAHAYA SURYA (1)



AKU CAHAYA SURYA (1)

              Aku Cahaya Surya, yang lahir melalui rahim ibuku yang tak membesarkanku. Ayahku menyerahkanku pada seorang ibu yang kini kupanggil bunda.
Pernikahan ayah dan ibu kandungku tak direstui orangtua dan keluarga mereka maka jadilah aku anak yang tak diterima.
Kelahiranku diterima oleh bunda dan seorang yang menjadi ayah angkatku, kupanggil daddy. Mereka berdua sangat menyayangiku.
Singkat cerita, kedua orangtuaku menyerahkanku pada mereka yaitu bunda dan daddy.
Mereka merawatku, menjagaku, mendidikku melebihi orangtua kandungku. Hingga kini usiaku enam belas tahun. Dan aku selalu bersyukur kepada Allah SWT.
Aku Cahaya Surya
Yang setiap hari mendapat doa dari bunda mengantar keberangkatanku ke sekolah.
Ingin menceritakan sedikit tentang seruan jiwaku pada anak-anak yang tak diakui kelahirannya.

Salam Saudaraku
1)      Kalian pasti tau dan merasakan, betapa sakitnya menjadi yang “terbuang” ?!
Tapi sesungguhnya orang-orang yang jelas membuang kita itulah mereka tanpa disadari, dengan mereka menjadi yang terbuang, karena Allah SWT tak menyukai hal demikian.
Tapi aku minta kepada Allah SWT agar Allah SWT member yang terbaik menurut Allah pada mereka yang terbuang.
2)      Menghilangkan dendam dan sakit hati dengan cara meyakini bahwa Allah SWT telah mengatur demikian, menjadi anak yang terbuang mungkin sudah takdir kita. Karena lahir, hidup dan mati adalah milik Allah.
3)      Bahwa yang hidup pasti bergerak, tumbuh dan berkembang maka ajaklah diri untuk berpikir positif. Dengan cara berpikir yang sangat sederhana, yaitu diawali “jujur” dan semangat.
4)      Jujur dan semangat diramu menjadi satu, akan memunculkan suatu energi dasar natural diri yang positif. Inilah awal kekuatan untuk “bergerak”.
5)      Kewajiban sebagai umat yang beragama sesuai agamanya masing-masing, laksanakan dengan sadar dan sabar. Bahwa bukan agama yang perlu kita, tapi kita perlu agama untuk mendidik diri kita.
Salam Saudara-saudaraku yang “terbuang”
Aku mengajak kalian bersatu padu, mari kita bersama, mengukir cinta yang terbuang menjadi karya yang bermanfaat dari anak-anak terbuang. Mari kita kemasi dendam dan sakit hati menjadi masa lalu yang menjadi pelajaran buat kita, mari kita hadir sebagai lilin-lilin kecil bagi negeri ini.
AKU CAHAYA SURYA DI akucahayasurya.blogspot.com

Kamis, 16 Juni 2016



Suara Seruan Jiwa

          Menggenggam cinta dan merasakannya dalam jiwa antara ada dan tiada, kehidupan terus menunggu jawaban kebenaran dan pengakuan sesungguhnya ada dalam diri sendiri namun tetap yang tersulit adalah melangkah untuk mengetaahui dan mengenal diri.

            Gunung, lembah
Sungai, hutan belukar
Semak-semak liar
Badai dan lain-lain yang selalu silih berganti berperan di diri. Memberi warna pada sikap, sifat, perbuatan, kata-kata dan pemikiran diri.

            Tak akan pernah ada penyelesaian, bahkan kematian pun tak menyelesaikan, bahkan sering meninggalkan jejak nestapa yang panjang.

            Betapa sulitnya menyerahkan sesuatu dan segala yang Allah SWT titipkan pada diri ini, untuk dikembalikan meski telah Allah SWT beri banyak hal yang baik untuk diri akankah diri sudah terjaga di malam hari atau disiang hari bahkan sedang tidak tidur ataupun sedang tidur.

            Bagai tidur lelap walau mata tetap terbuka. Diri terbagi menjadi beberpa bagian didalam kebaikan kebenaran dan kejujuran dan kebaikan-kebaikan yang lain terkadang berteriak ingin berdiri.

            Sementara didalam kejahatan, kesombongan, tinggi hati, kesewenangan ingi berteriak ingin di dengar. Dimana ruhnya kebenaran, dimana ruhnya kejahatan, imanlah yang dapat merasakannya. Iman dan ruhnya akan mengurai lembaran-lembaran diri saat terjaga maupun tidak atas kehendak Allah SWT maka yang setia pada-Nya akan dapat menjawab siapa aku. Dan
Aku ada dimana dalam diri ini.

Aku ingatkan diri
Tempatkan dalam kedudukan diri. Antara imannya jiwa dan jiwanya iman maka diri akan “tahu” dengan sebenar-benarnya apa yang Allah SWT genggamkan pada tangan ini.    

  Amiin

Kamis, 11 Juni 2015

Salam Diriku 7



“Salam Diriku” (7)

Allah maha besar
Niatku, “berbenah” atau memperbaiki dan menata diri
Semoga Allah SWT memberi kesanggupan bagiku
Salam cahaya langit dan bumi dalam diri
Sudahkah kalian menerimaku dalam saksi niatku
Bagaimana jika kalian belum menerimaku
Aku tak punya negeri yang aman
Pasti kekacauan dimana-mana
Salam diriku
bahwa langit menjadi energi cahaya logikaku
bumi menjadi kekuatan hatiku
dan diantaranya, adalah kehidupanku yang nyata
dalam sikap, perilaku, energi dan suara
aku harus siap menghadirkan diriku dalam seluruh lapisan diriku, untuk diriku
aku adalah Cahaya Surya
dibutuhkan Cahaya Surya keseluruh pelosok negeri dalam diriku
tak peduli apa dan siapa
bangkitlah negeriku, Cahaya Surya hadir sebagai amanah niat “berbenah” diri
apakah aku berlebihan?!
Salam diriku
Lihatlah dirimu
Jari jemarimu manfaatkan untuk karya dan kreatifitas
Bukan untuk mencuri, korupsi dan sejenisnya
Kakimu ajaklah melangkah untuk menapaki iman dan kesaksiannya
Dan dirimu sendiri adalah cahaya bagi negerimu
Apakah ada keraguan?
Salam diriku
Bahwa, negeri dalam diri begitu luas dan megah
Kaya akan ilmu dan permata cahaya
Mengapa harus “sengsara”?!

Cahaya Surya mengingatkanku selalu pada
Nafas iman dan taqwa
Ya Allah bantulah aku agar menjadi Cahaya Surya yang sebenarnya
Bagi diriku maupun seluruh negeri di diriku
Jika tidak, aku takkan pernah sanggup menggapai diriku sendiri, apalagi duduk di tahta negeriku
Bagaimana pendapat kalian?!
Maka galilah kekayaan diri yang terang agar hadir Cahaya Surya yang menjadi sahabat iman dan taqwa
Yang gelap menjadi terang
Yang terang menjadi benderang
Yang miskin menjadi kaya
Yang kaya menjadi dermawan
Dan bersatu menjadi Pelangi Cakrawala Nusantara Negeri, maka diri menjadi aman
Salam diriku
Selamat hadir dengan sahabat sejati di diri
Yaitu AKU


Rabu, 10 Juni 2015

Salam Diriku 6



“Salam Diriku” (6)

Allah maha besar
Salam dan cinta untuk hatiku
Yang telah memberiku rasa cinta pada Ibu, Bapakku
Salam dan hormat untuk pikiranku
Yang telah memberiku pengetahuan-pengetahuan dalam hidupku
Salam dan sejahtera untuk rasaku
Yang telah memberiku kerinduan pada diriku
Oleh karena itu aku mulai memahami bahwa
Tanpa semua itu, aku tidak akan menjadi aku
Yang saat  ini menuliskan ini

Salam diriku
Inilah aku
mencoba menyeru pada keadilan diriku
mengajak diriku untuk senantiasa bersilaturahmi
ke diri, agar aku dapat mengetahui kebenaran-kebenaran
kesalahan-kesalahan ataupun ‘‘sehat” atau “tidak”nya
pribadi dan kondisi “kesatuan” di diriku
salam diriku
marilah wahai jiwa yang indah, menengok akalku
apakah akal dan pikiranku waras?!
Wahai jiwa yang Indah, antarlah suratku pada hatiku
Apakah Ia tenteram?!
Wahai jiwa yang indah, tugasmu mengantar silaturahmiku pada diri
Maka teruslah berpegang pada CAHAYA ILAHI yang kekuatannya melindungimu

Bagaimana dengan saudara yang lain
Apakah kalian melupakan kehadian jiwa yang indah dalam diri?!
Jika ya, maka galilah lubang nerakamu
Dan selamat menikmati!!

Salam diriku


Minggu, 07 Juni 2015



“Salam Diriku” (5)


Aku menempatkan diriku sebagai petugas keamanan bagi diriku
Aku menempatkan diriku sebagai pemimpin atau presiden dalam diriku
Aku menempattkan diriku sebagai ulama dalam diriku
Dan aku juga menjadi murid dalam diriku
Dengan guruku yang terbaik adalah pengalaman dan kebenaran dalam diriku
Dan seterusnya
Aku bisa menjadi siapapun  apapun dalam diriku untuk menuju diriku yang sebenarnya, “pantas” menjadi makhluk yang disebut manusia
Dan itulah jalanku
Memanggil seluruh perilaku dewan dalam diriku, serta keputusan-keputusanku
Aku disini siap bicara pada diriku
Agar aku “setia” pada sumpah jabatanku
Dan aku tidak akan menodai diriku
Dengan kekuasaanku sebagai apapun
Yang menjadi aku yang tak mengenal AKU
Salam diriku
Aku ingin mencintai diri ini dengan suatu kejujuran
Agar aku bisa mendengar tuntunan memuji Allah SWT dengan benar
Salam diriku
Aku menatap tahta jiwaku dengan rasa rindu pada alam diriku
Dimana dalam alam diriku terdapat negeri yang indah
Aku ingin membuka kemerdekaan jiwaku dengan terang
Untuk membangun “negeri” dengan “iman”dan kesatuan
Tugas dalam demokrasi yang terang
Tidak pilih kasih antara logika dan hati
Antara rasa dan perasaan
Antara jiwa dan raga
Semua adalah rakyat negeri dalam diriku
Salam diriku
Aku tegaskan pada diriku
Agar patuh dan tunduk pada saksi jiwa atas kekuasaan Allah Tuhan maha mendengar lagi maha mengetahui
Aku tak akan member janji pada diri
Namun aku hadir bersama menyatukan “CAHAYA pelangi” diri
Aku menjadi wujud negeri bagi jiwaku
Aku persatukan dengan tanggung jawab atas seluruh kesaksianku
Salam diriku
Marilah logikaku
Marilah hatiku
Marilah rasaku
Mewujudkan satria komando Nusantara diri
Dari Sabang sampai merauke, dari akal ke seluruh elemen diri
Aku satria komando Nusantara diriku
Yang meliputi seluruh kesatuan dan persatuan
Nadiku tulang sumsumku
Maka aku harus duduk di singgasana diriku
Jika tidak, maka aku terbakar dalam seluruh penyesalan diriku
Dan itu artinya aku memberi kesempatan hantu-hantu mengintaiku
Bagaimana dengan Anda?

Salam diriku