Kamis, 11 Juni 2015

Salam Diriku 7



“Salam Diriku” (7)

Allah maha besar
Niatku, “berbenah” atau memperbaiki dan menata diri
Semoga Allah SWT memberi kesanggupan bagiku
Salam cahaya langit dan bumi dalam diri
Sudahkah kalian menerimaku dalam saksi niatku
Bagaimana jika kalian belum menerimaku
Aku tak punya negeri yang aman
Pasti kekacauan dimana-mana
Salam diriku
bahwa langit menjadi energi cahaya logikaku
bumi menjadi kekuatan hatiku
dan diantaranya, adalah kehidupanku yang nyata
dalam sikap, perilaku, energi dan suara
aku harus siap menghadirkan diriku dalam seluruh lapisan diriku, untuk diriku
aku adalah Cahaya Surya
dibutuhkan Cahaya Surya keseluruh pelosok negeri dalam diriku
tak peduli apa dan siapa
bangkitlah negeriku, Cahaya Surya hadir sebagai amanah niat “berbenah” diri
apakah aku berlebihan?!
Salam diriku
Lihatlah dirimu
Jari jemarimu manfaatkan untuk karya dan kreatifitas
Bukan untuk mencuri, korupsi dan sejenisnya
Kakimu ajaklah melangkah untuk menapaki iman dan kesaksiannya
Dan dirimu sendiri adalah cahaya bagi negerimu
Apakah ada keraguan?
Salam diriku
Bahwa, negeri dalam diri begitu luas dan megah
Kaya akan ilmu dan permata cahaya
Mengapa harus “sengsara”?!

Cahaya Surya mengingatkanku selalu pada
Nafas iman dan taqwa
Ya Allah bantulah aku agar menjadi Cahaya Surya yang sebenarnya
Bagi diriku maupun seluruh negeri di diriku
Jika tidak, aku takkan pernah sanggup menggapai diriku sendiri, apalagi duduk di tahta negeriku
Bagaimana pendapat kalian?!
Maka galilah kekayaan diri yang terang agar hadir Cahaya Surya yang menjadi sahabat iman dan taqwa
Yang gelap menjadi terang
Yang terang menjadi benderang
Yang miskin menjadi kaya
Yang kaya menjadi dermawan
Dan bersatu menjadi Pelangi Cakrawala Nusantara Negeri, maka diri menjadi aman
Salam diriku
Selamat hadir dengan sahabat sejati di diri
Yaitu AKU


Rabu, 10 Juni 2015

Salam Diriku 6



“Salam Diriku” (6)

Allah maha besar
Salam dan cinta untuk hatiku
Yang telah memberiku rasa cinta pada Ibu, Bapakku
Salam dan hormat untuk pikiranku
Yang telah memberiku pengetahuan-pengetahuan dalam hidupku
Salam dan sejahtera untuk rasaku
Yang telah memberiku kerinduan pada diriku
Oleh karena itu aku mulai memahami bahwa
Tanpa semua itu, aku tidak akan menjadi aku
Yang saat  ini menuliskan ini

Salam diriku
Inilah aku
mencoba menyeru pada keadilan diriku
mengajak diriku untuk senantiasa bersilaturahmi
ke diri, agar aku dapat mengetahui kebenaran-kebenaran
kesalahan-kesalahan ataupun ‘‘sehat” atau “tidak”nya
pribadi dan kondisi “kesatuan” di diriku
salam diriku
marilah wahai jiwa yang indah, menengok akalku
apakah akal dan pikiranku waras?!
Wahai jiwa yang Indah, antarlah suratku pada hatiku
Apakah Ia tenteram?!
Wahai jiwa yang indah, tugasmu mengantar silaturahmiku pada diri
Maka teruslah berpegang pada CAHAYA ILAHI yang kekuatannya melindungimu

Bagaimana dengan saudara yang lain
Apakah kalian melupakan kehadian jiwa yang indah dalam diri?!
Jika ya, maka galilah lubang nerakamu
Dan selamat menikmati!!

Salam diriku


Minggu, 07 Juni 2015



“Salam Diriku” (5)


Aku menempatkan diriku sebagai petugas keamanan bagi diriku
Aku menempatkan diriku sebagai pemimpin atau presiden dalam diriku
Aku menempattkan diriku sebagai ulama dalam diriku
Dan aku juga menjadi murid dalam diriku
Dengan guruku yang terbaik adalah pengalaman dan kebenaran dalam diriku
Dan seterusnya
Aku bisa menjadi siapapun  apapun dalam diriku untuk menuju diriku yang sebenarnya, “pantas” menjadi makhluk yang disebut manusia
Dan itulah jalanku
Memanggil seluruh perilaku dewan dalam diriku, serta keputusan-keputusanku
Aku disini siap bicara pada diriku
Agar aku “setia” pada sumpah jabatanku
Dan aku tidak akan menodai diriku
Dengan kekuasaanku sebagai apapun
Yang menjadi aku yang tak mengenal AKU
Salam diriku
Aku ingin mencintai diri ini dengan suatu kejujuran
Agar aku bisa mendengar tuntunan memuji Allah SWT dengan benar
Salam diriku
Aku menatap tahta jiwaku dengan rasa rindu pada alam diriku
Dimana dalam alam diriku terdapat negeri yang indah
Aku ingin membuka kemerdekaan jiwaku dengan terang
Untuk membangun “negeri” dengan “iman”dan kesatuan
Tugas dalam demokrasi yang terang
Tidak pilih kasih antara logika dan hati
Antara rasa dan perasaan
Antara jiwa dan raga
Semua adalah rakyat negeri dalam diriku
Salam diriku
Aku tegaskan pada diriku
Agar patuh dan tunduk pada saksi jiwa atas kekuasaan Allah Tuhan maha mendengar lagi maha mengetahui
Aku tak akan member janji pada diri
Namun aku hadir bersama menyatukan “CAHAYA pelangi” diri
Aku menjadi wujud negeri bagi jiwaku
Aku persatukan dengan tanggung jawab atas seluruh kesaksianku
Salam diriku
Marilah logikaku
Marilah hatiku
Marilah rasaku
Mewujudkan satria komando Nusantara diri
Dari Sabang sampai merauke, dari akal ke seluruh elemen diri
Aku satria komando Nusantara diriku
Yang meliputi seluruh kesatuan dan persatuan
Nadiku tulang sumsumku
Maka aku harus duduk di singgasana diriku
Jika tidak, maka aku terbakar dalam seluruh penyesalan diriku
Dan itu artinya aku memberi kesempatan hantu-hantu mengintaiku
Bagaimana dengan Anda?

Salam diriku

Sabtu, 06 Juni 2015



“Salam Diriku” (4)

Tahun demi tahun berlalu
Aku berjalan setapak demi setapak dalam diriku
Belajar mengenal, mengetahui dan memahami
Kemauanku
Kesenanganku
Kesedihkanku
Dan seterusnya
Apa yang didapat?
Aku tak ingin mendengar jiwaku yang rapuh
Menggelepar malu pada diri menangis tanpa air mata
Namun aku tak jujur dan terus bicara mendengarkan diriku, meski aku tahu aku menipu diriku
Tapi nafsuku terus menguasaiku
Mengapa demikian
Aku tertidur saat dewan mengadakan rapat
Dalam diriku telah berkumpul para dewan
Yang masing-masing mengajukan gugatan padaku
Dewan akal, logikaku
Dewan rasa
Dewan hati
Dan seterusnya
Gugatannya adalah ”mengapa menjadi-jadi?”
Dewan akal, logikaku bicara, “kami  kekurangan gizi”
Dewan rasaku bicara, “kami tak diperhatikan, diabaikan”
Dewan hatiku bicara, “kami tertindas”
Anggota dewan yang menjadi aparatku ternyata sedang kacau balau
Kekacauan yang mengakibatkan munculnya provokator-provokator negeri dalam diriku
Bagaimana menyelesaikannya
Dan apakah anda juga merasakan?
ya, inilah tanda-tanda neraka dimulai

Salam diriku

Jumat, 05 Juni 2015



“Salam Diriku”(3)

Aku merayap dalam dengkur nafasku
Nadiku berdenyut keras
Mencari jejak dalam rahim ibu pertiwi tempatku berpijak

Adakah aku disitu, atau disana?
Hai diri, jangan mendengkur malas, hari sudah siang
dan panas terik
Tanah-tanah retak kekurangan air
Bagai hati yang retak
Pribadi-pribadi yang retak
Kumuh dan memalukan
Hai diri bangunlah jangan mendengkur malas
Terlena dalam nista yang menjijikan
Bergelimang harta yang bukan haq mu
Lihatlah dirimu, rakus, bagai anjing kelaparan
Sanggupkah kamu berkaca?!

Hai diri bangunlah jangan mendengkur malas
Raihlah jari jemarimu
Ajak menari diatas langkahmu
Menapaki rahim ibu pertiwi
Dengan suara kemerdekaan yang “pasti
“pasti”
Membawa dan memberikan “mutu” dan “kualitas”
Yang professional, dalam menegakkan
Keamanaan
Kesanggupan
Keadilan
Di diri
Untuk bertangggung jawab dengan sifat “kesatuan” dalam diri
Agar saksi menjadi saksi bukan terdakwa
Jika tidak, maka, bukalah
Pintu neraka bagimu dan kamu menjadi makanan ular-ular neraka!

Salam tugas
Salam diriku